Image via Wikipedia |
Lee Kuan Yew |
SINGAPURA– Singapura bersiap menghadapi era baru setelah pemimpin kemerdekaan mereka, Lee Kuan Yew, memutuskan mengundurkan diri dari pemerintahan aktif pada Sabtu (14/5).
Lee, 87, yang dikenal sebagai LKY, dan penggantinya, Goh Chok Tong yang akan berulang tahun ke-70 pekan ini, mengumumkan mengundurkan diri dari kabinet pimpinan putra Lee, Perdana Menteri Lee Hsien Loong, 59.
Pengunduran diri keduanya setelah setengah abad berada dalam pemerintahan itu akan membuka jalan reformasi setelah partai berkuasa mendapatkan hasil terburuk pada pemilu 7 Mei lalu. Pemilu parlemen itu mengungkapkan kemarahan mendalam terhadap Partai Aksi Rakyat (PAP) dan mengonfirmasikan hasrat kaum muda Singapura untuk sistem politik yang lebih terbuka dengan checks and balance. Saat mengumumkan pengunduran dirinya, Lee dan Goh memaparkan,mereka mundur untuk memberikan jalan bagi generasi yang lebih muda untuk memimpin Singapura dalam situasi yang lebih sulit dan kompleks.
“Generasi yang lebih muda, selain memiliki pemerintahan yang tidak korupsi dan meritokratis, serta standar penghidupan yang tinggi, ingin lebih terlibat dalam keputusan yang mempengaruhi mereka,” papar pernyataan Lee dan Goh yang dikutip Reuters. Selama lebih dari setengah abad, Lee telah menjadi pemimpin berkuasa di Singapura, sebagai bapak kemerdekaan, sebagai perdana menteri selama 25 tahun, dan menjadi menteri senior serta menteri mentor dalam kabinet selama 21 tahun terakhir. Lee mulai menjabat sebagai perdana menteri dari 1959, ketika Inggris memberikan kemerdekaan kepada Singapura. LKY mengakhiri jabatannya pada 1990, dia menyerahkan kursi perdana menteri kepada Goh. Goh kemudian menyerahkan kursi itu kepada Lee Hsien Loong pada 2004.
“Keputusan itu mencerminkan langkah besar pertama menuju reformasi serius PAP, transformasi generasional,” papar Bridget Welsh, dosen ilmu politik di Singapore Management University kepada AFP. “Pensiunnya LKY itu sudah lama ditunggu karena dia dilihat telah memutuskan hubungan dari warga biasa Singapura.” Suara PAP dalam pemilu 7 Mei lalu hanya mencapai 60%, angka terendah yang dicapai partai itu dalam sejarah pemilu di Singapura, dan sistem kontroversial yang memilih anggota parlemen dalam kelompok menyebabkan oposisi meraih enam dari 87 kursi dalam parlemen yang akan datang. Sebelumnya oposisi hanya meraih empat kursi.
Pemilu itu salah satu yang paling keras dalam sejarah Singapura, ditandai kritikan tajam terhadap toleransi rendah PAP atas pembangkang dan ketidakmampuannya mengambil keputusan komprehensif. “Cara lama melakukan semuanya itu adalah suatu yang anakronistis dan tidak bisa disentuh atau bahkan dilihat sebagai cara diktator,” papar Eugene Tan,asisten dosen di Singapore Management University kepada Reuters.“Jadi,saya rasa,ini adalah perubahan dari masa lalu.” Beberapa komentar Lee mungkin telah mencederai suara PAP dalam pemilu. Selama kampanye, Lee memaparkan bahwa jika sebuah daerah pemilihan memilih oposisi,maka pemilih akan mengalami penyesalan selama lima tahun.
Dia juga pernah mengomentari gayanya memerintah. “Kami memutuskan apa yang benar. Kami tak hiraukan apa pikiran orang,” ujarnya.Komentar inilah yang dianggap sudah kuno. “Hasil itu menunjukkan bahwa orang sudah sangat marah pada PAP,” ujar Seah Chiang Nee, yang mengoperasikan situs sosial-politik independen lilttlespeck.com. “Akan ada perubahan. Salah satunya, orang tak perlu khawatir ada orang yang selalu mengawasi mereka atau digugat,” imbuhnya merujuk pada gugatan pencemaran nama baik yang biasa mengikuti pemilu sebelumnya. Menanggapi pengunduran diri sang ayah, PM Lee menganggapnya sebagai peristiwa besar di Singapura.
Bicara setelah parade kemenangan partai pada Sabtu (14/5), PM Lee memaparkan belum memutuskan apakah menerima atau menolak pengunduran diri ayahnya dan Goh. Putusan itu baru akan diberikannya hari ini. PM Lee mengaku sudah tahu rencana Lee senior dan Goh untuk mengundurkan diri.Menurut PM Lee, keputusan kedua orang itu akan memengaruhi barisan kabinet baru yang akan diumumkannya. “Ini adalah event besar bagi Singapura karena tokoh besar seperti Menteri Mentor (Lee) dan Menteri Senior (Goh) harus meninggalkan pemerintahan.
Ini menunjukkan bahwa mereka memikirkan Singapura dan masa depan Singapura,” ujar Lee, dikutip Channelnewsasia. “Pertimbangan dasarnya adalah pendekatan terbaik untuk membentuk sebuah tim yang akan sangat efektif dalam menyelesaikan masalah dan membangun hubungan dan kepercayaan dengan rakyat untuk lima tahun ke depan.” PM Lee diperkirakan akan mengumumkan kabinet baru dalam beberapa hari mendatang.
Ketua oposisi Partai Reformasi Kenneth Jeyaretnam, yang juga putra pengampanye pro-demokrasi Singapura JB Jeyaretman, sudah sinis terhadap kepergian dua mantan perdana menteri yang akan tetap berada di parlemen itu. “Ini adalah latihan publik untuk menunjukkan pembaruan, tapi terserah pada pemilih untuk mengatakan apa yang mereka pikirkan tentang pengunduran diri itu,”ujarnya. alvin
sumber: seputar-indonesia.com
0 comments:
Post a Comment