Jakarta - Setelah gempa besar yang mengguncang Jepang
11 Maret lalu dengan skala 9, sejumlah gempa susulan masih terjadi. Hal
ini wajar karena 'relaksasi' tengah dilakukan oleh alam."Ketika ada gempa, ada disposisi atau perubahan lokasi lempeng. Ada
deformasi. Kemudian di belakangnya ada after shock berupa gempa-gempa
susulan. Ini wajar terjadi karena mau relaksasi, seimbangkan
kekuatanya. Sebab saat gempa terjadi ada energi yang dilepaskan," ujar
ahli gempa dari ITB, Dr Hamzah Latief, dalam perbincangan dengan
detikcom, Senin (14/3/2011).
Berikut ini wawancara detikcom dengan alumnus Universitas Tohoku, Jepang, ini, Senin (14/3/2011):
Mengapa air tsunami ada yang warnanya hitam?
Di beberapa tempat lepas pantai Sendai, ada yang airnya hitam. Kalau di
dekatnya ada muara sungai, maka airnya hitam. Warna hitam itu merupakan
endapan aluvial atau sedimen bawaan dari sungai yang kemudian masuk ke
laut.
Saat tsunami datang, dasar laut teraduk-aduk sehingga yang terangkat
adalah sedimen di dasarnya. Jika penyusun sedimen di dasar laut adalah
endapan aluvial yang berwarna hitam maka air yang dibawa tsunami ke
daratan berwarna hitam. Tetapi jika dasar lautnya berupa karang, maka
air yang dibawa tsunami warnanya agak lebih terang.
Ini tergantung dari sedimennya. Kalau suatu daerah, misalnya sungainya
itu seperti air comberan, kemudian air itu mengalir ke laut, dan
mengendap di dasar laut sekian tahun, maka saat tsunami datang endapan
itu akan dibongkar dan bercampur dengan air laut.
Kemungkinan lain yang menyebabkan air tsunami hitam adalah karena
adanya lumpur vulkanik. Lumpur vulkanik ini seperti yang ada di
Sidoarjo, Jawa Timur. Ketika gempa terjadi, terbentuk rekahan, sehingga
bila ada lumpur vulkanik di bawah tanah maka akan keluar ke permukaan.
Setelah keluar dari rekahan, lumpur tersebut kemudian bercampur dengan
air.
Yang di Banda Aceh juga hitam (air tsunaminya). Beberapa tempat lepas pantai Sendai (Jepang) juga hitam.
Kemungkinan lain yang menyebabkan air tsunami hitam adalah karena
adanya lumpur vulkanik. Lumpur vulkanik ini seperti yang ada di
Sidoarjo, Jawa Timur. Ketika gempa terjadi, terbentuk rekahan, sehingga
bila ada lumpur vulkanik di bawah tanah maka akan keluar ke permukaan.
Setelah keluar dari rekahan, lumpur tersebut kemudian bercampur dengan
air.
Yang di Banda Aceh juga hitam (air tsunaminya). Beberapa tempat lepas pantai Sendai (Jepang) juga hitam.
Air tsunami hitam di Jepang karena vulcanic mud atau ada endapan di dasar pantai yang berwarna hitam?
Tidak semuanya airnya hitam. Seperti di Jepang itu kalau kita lihat di
televisi ada yang airnya hitam dan ada yang agak terang (agak bening).
Saat terjadi gempa muncul rekahan di tanah. Dari rekahan itu keluar
sedimen. Sendai itu dataran rendah, seperti rawa yang material
pendukungnya pasir. Kalau digoyang warnanya hitam. Kalau volkano bawah
laut, itu seperti lumpur Sidoarjo, saat gempa ada retakan lalu keluar
lumpur dari rekahan tanah. Air bercampur lumpur volkano seperti di
Banda Aceh.
Belakangan Jepang tampak bersih, namun puluhan tahun lalu bisa saja ada
pencemaran di sekitar pantai. Dari pencemaran itulah kemudian terjadi
pengendapan di dasar laut. Yang terendap, lanjut dia, adalah sedimen
berwarna hitam. Karena itu tidak mengherankan jika air tsunami berwarna
hitam.
Bagaimana jika air tsunami bercampur lumpur vulkanik?
Kalau asalnya dari lumpur vulkanik maka biasanya tercium bau belerang.
Karena itu akan melepuh jika terkena kulit. Di Banda Aceh juga ada
vulcanic mud, sehingga saat tsunami waktu itu ada badan mayat yang
melepuh, bengkak, hitam.
Apakah kekuatan gempa turut mempengaruhi warna air tsunami?
Tidak. Yang mempengaruhi adalah endapan di laut. Kalau vulcanic mud
bisa menyebabkan airnya hitam. Seperti kalau kita mengaduk ampas kopi.
Tapi kalau lebih terang seperti kecoklatan, itu bisa terjadi karena ada
karang.
Tsunami Jepang mirip dengan Aceh pada 2004?
Hampir sama yang terjadi di Jepang dan yang di Aceh. Yang di Aceh
sebelumnya ada gempa besar dengan kekuatan 9,3. Di Jepang juga sama,
ada gempa besar dulu dengan kekuatan 9.
Gempa di Aceh dan Jepang sepertinya karena proses subduksi. Subduksi
ini kemudian memicu megathrust. Tapi bedanya di Jepang jumlah korban
tewas, meskipun terus didata, tidak sebanyak korban tewas di Aceh.
Di kita yang meninggal sekitar 128 ribu orang, sedangkan di Jepang
sekitar 1.000 lebih. Ini karena early warning di Jepang yang sudah baik
dan antisipasi yang bagus.
Kebanyakan korban tsunami Jepang adalah karena terkena reruntuhan
bangunan. Bila dilihat kerusakan akibat tsunami dibandingkan jumlah
korbannya, maka jumlah korban relatif sedikit.
Jepang lebih siap menghadapi tsunami?
Jepang memang merasa daerahnya sering gempa dan ada ancaman tsunami,
maka mereka membuat early warning system yang baik. Mereka juga
memasang ocean bottom seismograph.
Pada 1980-an, Jepang membutuhkan waktu 19-20 menit untuk mengeluarkan
peringatan tsunami. Sejak 2008, hanya membutuhkan waktu 2 menit untuk
mengetahui ada tidaknya tsunami.
Helikopter sudah berterbangan sebelum tsunami. Kemudian orang-orang
sudah melakukan prosedur sesaat setelah gempa, yakni menyalakan
televisi lalu menyimak peringatan tsunami.
Jepang juga punya semacam penghalang tsunami agar tidak mudah sampai ke
warga. Penghalang terluar adalah green belt, kemudian sungai sejajar
pantai untuk mengontrol banjir dan tsunami, jalan dan lahan pertanian.
Setelah itu, baru ada kawasan perumahan warga.
Namun banyak daerah industri yang dekat dengan pantai. Airportnya juga
hanya sekitar 2,5 km dari garis pantai. Karena banyak pabrik dan
industri di pesisir, maka itulah yang kena. Kita lihat di televisi
mobil-mobil mengapung seperti mainan. Itulah pabrik mobil Honda Miyagi
yang mengekspor produknya.
Gempa susulan sering terjadi, akankah ada tsunami lagi di Jepang?
Ketika ada gempa, ada disposisi atau perubahan lokasi lempeng. Ada
deformasi. Kemudian di belakangnya ada after shock berupa gempa-gempa
susulan. Ini wajar terjadi karena mau relaksasi, seimbangkan
kekuatanya. Sebab saat gempa terjadi ada energi yang dilepaskan.
Tsunami bisa saja terjadi lagi, tapi bukan di tempat sebelumnya.
Mungkin di selatan, tapi nggak tahu kapan. Kalau Aceh itu kan gempa
besar terjadi Desember 2004, lalu tidak lama di Nias pada Maret 2005.
Seperti yang terjadi di Aceh, kita sudah memperkirakan akan menjalar ke
selatan, ke Bengkulu, Padang. Tapi waktu itu masih banyak yang skeptis.
Beberapa tahun kemudian, satu-satu lepas energinya.
Kita nggak tahu Jepang ini, kecuali melihat sebaran pola energinya.
Pengalaman sejarah di Jepang, kalau lepas di utara maka selatan juga,
hanya waktunya bervariasi. Skala waktunya tidak diketahui.
Bagaimana sejarah gempa Jepang?
Tsunami di Kanto pernah terjadi pada 1923, kemudian ada tsunami lagi di
Sanriku pada 1933. Pada tahun 1923 itu tsunaminya setinggi 4-5 meter
dengan skala 7,2 SR. Yang 1933 itu kekuatannya 8,1 SR.
Gempa di Sendai dan sekitarnya ini, kita sudah tahu sejak 1996. Ini
sudah dipelajari. Jadi selama ini seperti menunggu (waktu gempa).
Sama dengan Sumatera, masih ada 80% energi di Siberut, Mentawai.
Sehingga kita juga sedang menunggu. Tidak tahu kapan energi ini akan
dilepaskan, tapi yakin itu akan terjadi.
Sama dengan yakinnya orang Sendai, kalau tsunami itu akan terjadi.
Mereka sebenarnya maklum karena ini bukan barang baru. Ini pernah
terjadi saat prasejarah, pada 640 SM, lalu sekitar 140 SM-50 M.
Kemudian Jogan tsunami yang terjadi pada masa Kerajaan Jogan XI pada
sekitar 869 M. Tsunami pada masa ini telah tercatat dengan baik.
Lalu ada gempa Meiji-Sanriku tsunami pada 1896 berkekuatan 7,2. Lalu
ada showa tsunami pada 1933 yang merupakan ulangan dari tsunami 1896.
Setelah itu tidak ada lagi gempa di Sanriku, yang ada hanyalah kiriman.
Misalnya saja Chile tsunami pada 1960 yang sampai ke Sanriku. Kemudian
terjadi gempa bumi dan tsunami Miyagi-Oki pada 1978. Di daerah itu
terjadi lagi peristiwa serupa pada 2005. Pada 2010, Jepang dapat lagi
kiriman dari Chile tsunami pada 2010.
Jangkauan tsunami di Jepang sepertinya lebih luas daripada Aceh?
Ini tergantung kelandaian. Jepang itu lebih landai. Sendai itu daerah
yang landai. Soal energinya, Jepang itu 9 sedangkan Aceh 9,3. Energi
Aceh 3 kali lipat lebih besar dari Jepang.
sumber: detik.com
0 comments:
Post a Comment