Gizi.net -
Walau diperlukan dalam jumlah sedikit, manfaat iodium cukup penting bagi
perkembangan inteligensia anak. Tak hanya itu, iodium juga berguna
untuk mengurangi kemungkinan kematian pada bayi.
Beberapa tahun
lalu, iklan tentang garam beriodium pernah gencar diputar di televisi.
Iklan tersebut tidak menitikberatkan pada garamnya, tetapi lebih ke
kandungan iodiumnya. Garam menjadi bahan yang mudah diperkaya dengan
iodium karena murah dan digunakan dalam masakan sehari-hari. Dengan
begitu, iodium menjadi lebih mudah diasup.
Sekitar tahun
1990-an, beberapa literatur menyebutkan, kurang dari 20 persen rumah
tangga di negara berkembang yang mengonsumsi garam beriodium. Hal ini
membuat 40 juta anak mengalami risiko gangguan belajar.
Saat ini
jumlah rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium sudah meningkat
sebesar 70 persen. Ini berarti, hampir 91 juta anak terlindung dari
keterbelakangan mental.
Kerusakan Otak
Menurut Medical Journal
of Australia 1999, iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh supaya
kelenjar tiroid berfungsi dengan baik. Kelenjar tiroid berfungsi
membantu pertumbuhan dan metabolisme tubuh.
Iodium juga
berkaitan dengan proses pertumbuhan neuron pada sel otak. Itu sebabnya,
menurut Prof. DR. Made Astawan, MS, ahli teknologi pangan dan gizi IPB,
kurangnya iodium pada masa kehamilan dan awal masa kehidupan anak, akan
menurunkan jumlah sel neuron. Ini berarti akan menyebabkan kerusakan
otak anak yang sebenarnya bisa dicegah.
Menurut WHO, 2002,
setiap tahun diperkirakan sekitar 100 ribu anak lahir dengan kerusakan
otak yang tidak bisa pulih. Penyebabnya, menurut International Council
for Control of Iodine Deficiency Disorders, sang ibu kekurangan iodium
selama hamil.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang kekurangan
iodium bisa menderita kretin (cebol), tuli, kerdil, dan kecacatan
bicara. Selain itu, juga meningkatkan kemungkinan kematian janin,
keguguran, serta kematian saat bayi dilahirkan. Kurang iodium juga
menjadi penyebab utama keterbelakangan (retardasi) mental pada anak-anak
di seluruh penjuru dunia. Anak pun bisa apatis.
Sejauh ini,
masyarakat awam lebih mengetahui seseorang mengalami kekurangan iodium
dengan timbulnya gondok, yang ditandai oleh pembesaran kelenjar gondok.
Pembesaran ini merupakan salah satu cara untuk mengambil iodium yang ada
dalam darah.
Menurunkan IQ
Banyak orang kurang
memahami bahwa kekurangan iodium, terlebih bagi anak, berpotensi
menurunkan tingkat intelektual hingga 10-15 poin! Sebagai gambaran,
orang yang tinggal pada komunitas dengan kekurangan iodium secara
endemik menunjukkan nilai IQ lebih rendah 13,5 poin daripada orang dari
komunitas sama dengan ketersediaan iodium yang adekuat.
Sebuah
penelitian pernah dilakukan di Subang, Jawa Barat, untuk menilai efek
dari suplementasi iodium terhadap kemungkinan kematian bayi. Penelitian
dilakukan oleh Cobra C., Muhilal, Rusmil K., Rustama D., Djatnika,
Suwandi S.S., terhadap sekitar 617 bayi.
Bayi-bayi tersebut
diberi plasebo atau suplemen minyak beriodium (100 mg) pada usia 6
minggu dan terus diikuti hingga berusia 6 bulan. Hasilnya, kelangsungan
hidup bayi dalam penelitian itu tampak membaik.
Sekitar 72
persen terjadi pengurangan risiko kematian selama 2 bulan pertama. Juga
terjadi perlambatan kematian di antara bayi yang meninggal pada kelompok
bayi yang diberi suplementasi minyak beriodium dibandingkan dengan
kelompok plasebo.
Hasil penelitian tersebut muncul dalam Journal
Nutrition, April 1997. Para peneliti menyatakan bahwa suplementasi
minyak beriodium pada bayi bisa mengurangi kemungkinan kematian pada
populasi bayi yang berisiko kekurangan iodium.
Makanan Laut
Selain
suplementasi, iodium sebenarnya mudah dijumpai pada makanan laut.
Iodium dijumpai pada air laut, sehingga setiap jenis makanan laut kaya
akan elemen mineral ini.
Namun, garam laut bukan merupakan
sumber iodium yang baik. Garam beriodiumlah yang menyediakan iodium
dalam jumlah cukup. Dalam satu sendok teh garam beriodium terkandung
sekitar 150 mkg iodium.
Beberapa jenis sayuran juga memiliki
kandungan iodium yang baik. Terutama sayuran yang ditanam pada tanah
yang kaya akan iodium atau tumbuh di tepi pantai. Rumput laut menghimpun
iodium dari air laut, sehingga menjadi sumber makanan yang kaya akan
mineral ini.
Secara umum, rumput laut dan makanan laut merupakan
sumber iodium yang baik. Makanan laut yang menjadi sumber iodium di
antaranya berbagai jenis ikan, cumi, udang, dan kerang. Rata-rata
kandungan iodium pada tumbuhan laut berkisar 0,7-4,5 g/kg.
“Kandungan
iodium pada rumput laut bisa mencapai 2.400-155 ribu kali lebih banyak
dibandingkan dengan sayuran yang tumbuh di daratan,” ujar Prof. Made.
Warga Jepang banyak mengonsumsi rumput laut, sehingga jarang yang
mengidap penyakit gondok.
Telur, daging, susu, dan sereal juga
mengandung iodium, walau dalam jumlah kecil. Sekitar 100 gram sayuran,
daging merah, atau telur mengandung 25 mkg iodium dan pada 100 gram
produk susu, roti, maupun sereal terkandung 10 mkg iodium.
Untuk
anak yang melakukan diet rendah garam sebaiknya mempertimbangkan
konsumsi makanan laut setiap minggunya. Hal ini semata-mata untuk
memastikan kadar iodium yang cukup bagi tubuhnya, pun pada wanita hamil.
Saat
anak tidak cukup mendapatkan beragam diet berupa buah, sayur, atau
makanan sumber hewani yang mengandung mikronutrien dalam jumlah besar,
kekurangan zat gizi tidak bisa dielakkan lagi.
Berapa
Kebutuhannya?
Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan
asupan iodium harian:
- 50 mkg untuk bayi usia 0-12 bulan
- 90
mkg untuk anak usia 2-6 tahun
- 120 mkg untuk anak usia sekolah
(7-12 tahun)
- 150 mkg untuk orang dewasa (usia di atas 12 tahun)
-
200 mkg untuk wanita hamil dan menyusui
0 comments:
Post a Comment